Editorial kami pekan ini tidak hanya berisi ketakutan atas teror yang menimpa saudara kami di Tempo, tetapi juga kami menganggap, teror tersebut sebenarnya juga ditujukan pada kami yang bekerja di lingkup pers, yang harusnya “bebas” dan “bernasib” tetapi teror kepala babi serta bangkai tikus tersebut sebenarnya adalah bentuk teror pada kami juga yang ada di daerah agar jangan “melawan pemerintah” yang berkuasa.
Itulah pesan yang kami tangkap. Tempo dikenal sebagai media independen yang beritanya tidak bisa didikte oleh pihak manapun. Sehingga jika jurnalisnya seperti Cica yang menjadi host di siniar Bocor Alus Politik diteror bahkan menjadi korban doksing, maka kami di daerah setidaknya ikut merasakan “teror” serupa, karena pesan yang ingin disampaikan oleh Si Peneror adalah tentang perlawanan terhadap kebenaran dan keadilan yang selalu dijunjung tinggi oleh media sekaliber Tempo.
