“Yang penting, dia sudah banyak membantu warga di sini. Ijazah hanya formalitas, selama dia bisa bekerja dengan baik. kenapa tidak kita pilih lagi?” ujar salah satu warga yang ikut nimbrung dalam status tersebut. Jumat. (4/4/25) sekira pukul 21:15 (WITA) Malam.
Tidak hanya itu, para pengamat politik menilai fenomena ini mencerminkan adanya perbedaan perspektif antara idealisme dan pragmatisme politik di tengah masyarakat.
Meski isu ijazah palsu merupakan hal serius, bagi sebagian masyarakat. Aspek manfaat langsung dari kepemimpinan calon tersebut tetap menjadi prioritas utama.
Hingga saat ini, pihak berwenang masih menyelidiki kebenaran dokumen yang dimiliki oleh calon tersebut. Meski sudah ada putusan mahkamah konstitusi (MK) mendiskualifikasi calon tersebut pada bulan Februari 2025 lalu.
Masyarakat berharap agar kasus ini segera mendapatkan kejelasan sehingga tidak menimbulkan kebingungan dan keresahan lebih lanjut.